Diberdayakan oleh Blogger.

dimensi sebuah musibah

sebagai seorang manusia kita pastinya tidak akan lepas dari yang namanya musibah. musibah akan selalu, mengisi diri kita sampai kita masuk ke liang lahar. musibah selalu di kait-kait kan dengan kesialan, kemurungan, kemalangan dan segala macam hal yang tak enak.

musibah memang memberikan rasa sakit. dan terkadang sakitnya bukan hanya fisik tetapi juga mental dan hati pun juga merasakan sakitnya. tetapi kenapa mesti ada musibah? bukankah Allah begitu menyayangin makhluk-Nya. tetapi mengapa Dia menciptakan musibah?

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira pada orang-orang yang sabar,(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan “Innalillahi wa inna ilaihi rojiun (Sesungguhnya semua berasal dr Allah dan akan kembali kpd_NYa). Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS.Al-Baqarah:155-157)

ya, karena inilah. Allah memberikan kita sebuah musibah adalah untuk kebaikan diri kita sendiri. agar kita mampu bersabar dari musibah itu dan dapat menjadi orang yang lebih baik lagi setelah mengalaminya. musibah adalah salah satu cara agar kita menjadi lebih kuat dari sebelumnya. semacam latihan yang dapat meningkatkan kemampuan kita.

musibah itu seperti, buah durian. di luarnya berduri dan tajam, dan butuh tenaga ekstra untuk membuka kulitnya. tetapi jika kita sudah dapat membukanya kita akan mendapatkan sebuah buah yang begitu harum dan manis.

begitulah sebuah musibah. untuk merasakan manisnya kita harus merasakan sakit. agar dapat mendapatkan manisnya. seperti kata-kata yang waktu itu saya baca di sebuah buku "racun yang tidak membunuhmu akan menguatkan dirimu"

Musibah sarana mensucikan hati. Ibnu Qayyim radiallahuanhu berkata:

“Hati dan ruh bisa mengambil manfaat dari penderitaan dan penyakit yang merupakan urusan yang tidak bisa dirasakan kecuali jika di dalamnya ada kehidupan. Kebersihan hati dan ruh tergantung kepada penderitaan badan dan kesulitannya.” (Tuhfatul Mariidh hal 25)


maaf jika terdapat kata-kata yang salah dan menyinggung, karena saya manusia penuh ke khilafan.

0 komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger
 
Copyright 2009 just take it
Design by BloggerThemes