Diberdayakan oleh Blogger.

akar korupsi

0
Assalamualaikum wr wb
mumpung lagi stuck abis belajar, mendingan kita refresing dulu ok.

kali ini gua akan nulis tentang korupsi







ga usah kita pungkiri lagi kalo korupsi udah merajalela di negeri ini. bukan cuma di pemerintahan pusat. tapi dari mulai daerah, kecamatan, sampai institusi seperti sekolah masih banyak yang melakukan praktik korupsi. dan yang lebih gatau malunya lagi. para koruptor yang ketangkep bukannya pada insaf. malah pada senyam-senyum di kamera, ada yang perawatan facial di penjara, sampe nonton pertandingan tenis di Bali (ya, you now lah siapa)






tapi kalo di pikir-pikir kenapa negeri kita sampe bobprok kayak gini ya? padahal dari catatan sejarah, pada zaman penjajahan dulu negeri kita adalah negeri yg pemberani. yang ga takut mengorbankan harta, raga, bahkan jiwa demi kemerdekaan. dan para pemudanya bener-bener terpelajar dan ga matre. malahan pengen membangun negerinya jadi merdeka dan berpendidikan.

lantas kenapa sekarang jadi ngaco begini?
dan kenapa koruptor-koruptor ga pada jerah malah pada nambah terus?





menurut gua, ini semua di karenakan butterfly effect (weh gila bahasanya ya ) istilah gua denger dari seorang sesepuh. dan setelah gua cari di google. kira-kira maksudnya adalah dimana suatu komponen yg kecil dapat berakibat besar pada suatu sistem yg berjalan. atau membawa perubahan yang signifikan.


penjelasan gampangnya, misalkan lu punya jadwal kegiatan selama sebulan. nah waktu ngerjain jadwal yg pertama itu waktunya ngaret dan tertunda. jadinya efeknya bakalan ke kegiatan-kegiatan yang laen. juga bakalan tertunda.


hubungannya dengan korupsi?

hubungannya adalah, seorang koruptor adalah manusia. yang dulunya pasti berawal dari bayi dan beranjak dewasa. nah dalam proses tersebut tentunya ia akan mengalami proses pendidikan.

"proses pendidikan inilah yang menentukan dirinya apa dia akan menjadi seorang koruptor yang matrelialistis, atau seorang pemimpin yg bertanggung jawab dan bijak."

jadi semuanya berawal dan ditentukan dari pendidikan kita.

maka sekarang kita lihat pendidikan kita, apakah institusi pendidikan negeri ini telah mengajarkan kita untuk menjadi seorang pemimpin yg bijak, menjadi seorang pemuda intelektual yang analisis dan kritis, mendidik untuk menjadi indvidu yang bukan cuma berteori?


Read more

keberlangsungan budaya baca

0
Assalamualaikum wr.wb

udah lama sekali gua vakum nulis blog gua ini. dan alhasil blog gua jadi terbengkalai udah kayak bunker bekas perang gini. yah, dikarenakan beragam aktivitas yang banyaknya minta ampun sampe bikin gua kurus, padahal udah makan banyak (cacingan kali ya). but, mumpung lagi ada waktu luang, mari kita nulis lagi.

oke tulisan gua kali ini adalah tentang :


budaya membaca

ga usah make kata-kata yang berat atau pun perumpamaan-perumpamaan lagi, kita udah tahu pastinya kalau membaca itu penting. maka dari itu kita sebagai anak muda (wehehehe muda euy) udah seharusnya kita membudayakan diri kita untuk membaca.

nah, jadinya kadang di sekolah-sekolah ada yang namanya budaya baca. yeah well, that's good program. malah di sekolah gua kegiatan itu di jadiin program unggulan. nah yang jadi pertanyaan adalah, apakah budaya baca itu benar-benar jadi budaya?

budaya kalau menurut gua, adalah suatu hal yang dilakukan berulang-ulang oleh suatu komunitas, dan menjadi sebuah kebiasaan. yah maklum kalo ngaco.

jadi permasalahannya apa, program itu bener-bener jadi budaya di kalangan siswa jadinya ga cuma seperti kegiatanya yang sifatnya hanya untuk pencitraan semata. bisa-bisa pendidikan kita bukannya makin bener malah jadi makin bobprok ntar. 

coba : misalkan di sekolah A. menjalankan budaya baca buku apa saja selain pelajaran. lalu di wajibkan untuk membaca. lalu mencatat buku yang dibaca ke daftar absen sekolah. dan selalu ada guru atau staf yang mendokumentasikannya lewat kamera atau pun merekamnya.

namun, anehnya terkadang para guru lupa untuk mengadakan acara ini padahal sudah ada jadwalnya.

nah, menurut lu  semua :
  • apa dengan cara ini bener-bener bisa membuat baca menjadi budaya bagi para siswa?
  • apakah program tersebut bertujuan untuk pencitraan sekolah semata atau bener-bener untuk niat tulus ikhlas demi memperbaiki mental dan pendidikan bangsa?


menurut gua, acara tersebut hanya untuk pencitraan semata. dan budaya baca ga terjadi di antara para siswa. karena sudah merasa terbebani. siswa sendiri akan menganggap kegiatan tersebut tak penting, karena para gurunya sendiri sering lupa untuk mengadakan kegiatan tersebut walaupun sudah ada jadwalnya (waduh) kalo gurunya aja begitu apa lagi muridnya coba.


solusi : (menurut gua lagi)

"kita ga perlu yang namanya buat acara baca buku secara akbar satu sekolah."

tapi kita mempromosikan sebuah buku yang kita baca kepada guru dan juga sebaliknya. kita menceritakan isi buku yang kita baca kepada teman dan guru kita. sampai mereka tertarik untuk membacanya. dengan begitu, para guru pun juga akan  mempromosikan buku yang dibacanya kepada para murid-murid. sehingga nantinya secara ga langsung kita semua akan mau yang namanya membaca buku.

tapi terkadang emang kalo kita (siswa) merasa kurang sreg kalo pengen mempromosikan buku yang kita baca ke guru. dan guru pun terkadang merasa kalau yang seharusnya banyak baca itu murid bukan dirinya.


well sekian dulu. maaf kalo ada yang tersinggung, tulisannya rada ngaco bahasanya (namanya juga lagi belajar).


mari kita tolak segala hal-hal yang dilaksanakan hanya untuk pencitraan semata tanpa ada gunanya sama sekali!






Read more
Powered By Blogger
 
Copyright 2009 just take it
Design by BloggerThemes