Diberdayakan oleh Blogger.

dimensi sebuah musibah

0
sebagai seorang manusia kita pastinya tidak akan lepas dari yang namanya musibah. musibah akan selalu, mengisi diri kita sampai kita masuk ke liang lahar. musibah selalu di kait-kait kan dengan kesialan, kemurungan, kemalangan dan segala macam hal yang tak enak.

musibah memang memberikan rasa sakit. dan terkadang sakitnya bukan hanya fisik tetapi juga mental dan hati pun juga merasakan sakitnya. tetapi kenapa mesti ada musibah? bukankah Allah begitu menyayangin makhluk-Nya. tetapi mengapa Dia menciptakan musibah?

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira pada orang-orang yang sabar,(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan “Innalillahi wa inna ilaihi rojiun (Sesungguhnya semua berasal dr Allah dan akan kembali kpd_NYa). Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS.Al-Baqarah:155-157)

ya, karena inilah. Allah memberikan kita sebuah musibah adalah untuk kebaikan diri kita sendiri. agar kita mampu bersabar dari musibah itu dan dapat menjadi orang yang lebih baik lagi setelah mengalaminya. musibah adalah salah satu cara agar kita menjadi lebih kuat dari sebelumnya. semacam latihan yang dapat meningkatkan kemampuan kita.

musibah itu seperti, buah durian. di luarnya berduri dan tajam, dan butuh tenaga ekstra untuk membuka kulitnya. tetapi jika kita sudah dapat membukanya kita akan mendapatkan sebuah buah yang begitu harum dan manis.

begitulah sebuah musibah. untuk merasakan manisnya kita harus merasakan sakit. agar dapat mendapatkan manisnya. seperti kata-kata yang waktu itu saya baca di sebuah buku "racun yang tidak membunuhmu akan menguatkan dirimu"

Musibah sarana mensucikan hati. Ibnu Qayyim radiallahuanhu berkata:

“Hati dan ruh bisa mengambil manfaat dari penderitaan dan penyakit yang merupakan urusan yang tidak bisa dirasakan kecuali jika di dalamnya ada kehidupan. Kebersihan hati dan ruh tergantung kepada penderitaan badan dan kesulitannya.” (Tuhfatul Mariidh hal 25)


maaf jika terdapat kata-kata yang salah dan menyinggung, karena saya manusia penuh ke khilafan.
Read more

artikel mentah

0
sebagai seorang pelajar yang merasakan dan terlibat langsung dengna proses pendidikan di Indonesia, masih banyak hal yang harus di rubah dan diperbaiki lagi agar pendidikan Indonesia bisa lebih maju dan dapat menjadi tonggak kemajuan bangsa.

pendidikan di Indonesia masih sangat terpaku sebatas terhadap sebuah "nilai" saja. seperti nilai yang tertera pada rapot, ijazah, dan lain sebagainya. sebagai alat ukur kemampuan intelektualitas seseorang. begitu banyak gelar yang tersemat di nama.

tetapi meskipun begitu jarang ada yang  benar-benar memberikan kontribusi. so, semestinya pendidikan di Indonesia janga hanya di orientasikan terhadap nilai saja. kita lebih sering diajarkan tentang teori-teori saja. dan selalu berpikir "inside the book" dalam pendidikan formal. dan mental yang sering terbentuk dari kita adalah mentalitas para "pengisi soal". mentalitas yang hanya dapat menggunakan penemuan-penemuan yang sudah ada, tanpa mampu menciptakan yang baru.

pendidikan juga bukan hanya mengajarkan tentang pelajaran-pelajaran tetapi juga harus mendidik moral dan mental menjadi seorang intelektual yg kompeten. mental kita harus di didik benar-benar menjadi seorang pelajar yang mampu bersaing. bukan cuma asal dapat nilai bagus. tetapi dapat berkontribusi terhadap ilmu-ilmu yang dipelajarinya dan juga terhadap masyarakat sekitar.

jadi, kalo Indonesia mau maju dan bisa di sebandingakan dengan negara-negara lain. kita harus belajar dan mampu mencipta, mampu memberikan kontribusi. dan semuanya dimulai dari kita saat ini. semuanya berada di pundak para kaula muda yang bergelar PELAJAR. jadi, jangan pernah malu menyandang nama pelajar karena nama inilah yang terus membuat dunia ini maju dan terus berkembang.

FINDRA
Read more

di setiap ucapan adalah doa

0
banyak sekali, pepatah-pepatah, hadist-hadist, ayat-ayat di dalam Al Qur'an, yang mengatakan bahwa kita harus menjaga lisan kita. "berkata-kata yang baiklah atau diam" seperti kira-kira pesannya. tetapi menjaga lisan bukan berarti hanya menjaga dari ucapan-ucapan kotor, tidak perlu, dan ucapan yg dapat menyakiti orang lain saja.

menjaga ucapan juga dapat berarti, menjaga lisan yg terucap secara langsung ataupun dengan hati. sebab ucapan kita, sebenarnya adalah doa. setiap ucapan kita akan menentukan apa yang kita lakukan. kata-kata yg kita keluarkan baik itu langsung dengan lisan ataupun hati, akan memprogram pikiran kita dan pikiran kita akan menggerakan tubuh kita untuk melakukan hal tersebut.

seperti ketika, kita bilang tidak bisa pada sebuah pekerjaan, kata-kata kita adalah doa.... ketika kita bilang ditak bisa, susah, rumit, pusing, dan lain sebagainya itu. otak kita akan memproses kata-kata itu. memprogramkannya kepada seluruh tubuh kita, bahwa kita tidak bisa mengerjakan pekerjaan itu. hingga akhirnya kita benar-benar tidak mampu untuk mengerjakan pekerjaan tersebut.

karena itu, perkataan kita adalah senjata boomerang bagi kita. Ia adalah senjata yang begitu ampuh, tetapi terkadang juga dapat membahayakan diri kita sendiri. jadi kita harus dapat mengendalikannya agar perkataan kita menjadi senjata dan bekal bagi diri kita dalam proses kehidupan ini.

saya dan kita semua, harus lebih dapat menjaga perkataan baik dari lisan atau pun dari hati karena Rasulullah pernah mengingatkan untuk berhati-hati menjaga lisan. Karena lisan jauh, jauh lebih tajam dibandingkan pedang. setiap perkataan kita akan selalu di dengar oleh Allah, dan akan mengabulkan setiap doa dari umatnya, jadi marilah kita berdoa yg baik dan positif dengan perkataan lisan dan hati kita.
Read more
Powered By Blogger
 
Copyright 2009 just take it
Design by BloggerThemes